Pertanyaan:

twentea.com

Boleh nggak mengambil resensi dari tulisan artikel orang lain atau dari blog pribadi orang lain? Sebenarnya apa saja yang boleh dijadikan resensi untuk membuat sebuah tulisan (artikel) dan yang nggak boleh juga apa aja ya? Priya

Jawaban: Terima kasih atas pertanyaan yang dikirimkan kepada pengasuh. Jawaban saya atas pertanyaan Anda:

1. Maksudnya mengambil di sini apa? Jika yang dimaksud adalah sekadar mengambil tulisan tersebut kemudian menjadi koleksi pribadi untuk bahan tulisan atau tambahan informasi yang kita inginkan, silakan saja. Tapi sebaiknya bisa meminta ijin kepada yang bersangkutan jika memang si pemilik tulisan tersebut menuliskan pemberitahuannya di blognya atau di website miliknya. Saya pribadi, di blog mempersilakan siapa pun mengambil tulisan-tulisan saya secara gratis. Hanya saja, jika ingin menyebarkannya lagi kepada orang lain harus mencantumkan penulis dan sumbernya. Itu saja.

Tapi masalahnya, jika tulisan hasil resensi orang lain kita ambil untuk kita publikasikan atas nama sendiri, tentu saja upaya yang tidak terpuji. Bagaimana jika orang lain melakukan hal yang sama dengan karya kita? Tentu tidak menyenangkan bukan? Saya pikir di sini kita bicara etika.

2. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda (dari kata: recensie). Dalam bahasa Inggris, kita bisa dapatkan padanan katanya dengan istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re artinya kembali dan videre artinya melihat). Nah, dengan definisi seperti ini, resensi bisa digunakan untuk berbagai produk: buku, film, VCD, iklan, pakaian, dan lain sebagainya. Umumnya dalam meresensi itu ada beberapa hal mendasar yang harus diperhatikan (misalnya meresensi buku): 1) Memahami betul tujuan si pengarang buku tersebut. 2) Sebagai peresensi, Anda menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat. 3) Anda juga dituntut untuk paham betul dengan latar belakang pembaca yang menjadi sasaran Anda: selera, pendidikan, status sosial, dsb. 4) Sebagai peresensi, Anda tentunya harus paham dengan visi dan misi setiap media massa. Tujuannya, supaya kita tahu harus dikirim ke mana jika naskahnya adalah begini dan begitu.

Kemudian selain hal mendasar tadi, ada tahap persiapan sebelum merensi, yakni: 1) Mengenali atau menjajaki buku yang akan Anda resensi. 2) Membaca buku yang akan diresensi secara komfrehensif dan cermat. 3) Menandai bagian buku yang akan dijadikan sebagai kutipan dalam resensi. 4) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang diresensi. 5) Menentukan sikap Anda sebagai perensi terhadap buku tersebut. 6) Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria yang udah kita tentukan sebelumnya.

Tahap akhir adalah menulis hasil resensi. Beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah: 1) Bercerita tentang pengarangnya. 2) Cerita tentang kekhasan sang pengarang. 3) Menulis tentang keunikan bukunya. 4) Tentang tema buku. 5) Kelemahan/kelebihan buku. 6) Kesan terhadap buku. 7) Penerbit buku.

Saya pikir ini jawaban saya. Semoga bermanfaat.

Salam,

O. Solihin

1 thought on “Seputar Tulisan Resensi

  1. betul. saya terpaksa menjadikan blog saya terproteksi karena tulisan saya banyak yang mentah mentah dikopipaste atau dikopi url-nya tanpa pemberitahuan, sekadar mengucapkan terimakasih atau pun menyebutkan sumbernya.

    sayang sebenarnya karena rencana awalnya saya hendak mencari penerbit yang mau menerbitkan kumpulan tulisan tersebut. thanks for sharing.


    Ya, menulis di blog atau website memang dilematis. Seringkali tulisan kita di-copypaste siapapun, bahkan tanpa mencantumkan sumbernya, tanpa meminta izin. Tapi, kita juga ingin melatih menulis kita supaya bisa diambil manfaatnya oleh orang lain. BTW, kejadian “copy-paste” lebih parah pernah saya alami, lho. Ada pembaca yang mengirim sebuah buku yang ditulis oleh seseorang, yang ternyata setelah dibaca-baca isinya hampir 30 persen adalah tulisan saya. Memang penulisnya mencantumkan sumber rujukan dalam bukunya, tapi isi tulisan itu benar2 di-copy paste secara sempurna (sampe tanda baca dan istilahnya hehehe..). Ada2 saja.

    Meski demikian, jangan kemudian menghambat kreativitas kita dalam menulis. Bagikan saja yang mungkin masih bisa dibagikan kepada orang lain. Kalo untuk jadikan sebagai bahan penulisan buku, sebaiknya jangan dipublis jika khawatir dengan risiko yang dialami tersebut 🙂 Simpan saja di komputer dan baru diinfokan kepada khalayak ketika sudah jadi buku (maksudnya dipromosikan).

    Terima kasih.
    Salam,
    O. Solihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *