Assalaamu’alaikum wr wb
Numpuk dan berjubel-jubel puluhan bahkan ratusan informasi di dalam kepala. Otak kita, dengan segala kelebihan yang telah diberikan Allah Swt., mampu menampung memori apa saja. Rekam jejak yang pernah kita lakukan ada. Kapan saja kita butuh, otak akan memunculkannya sesuai ‘pesanan’ kita. Proses index memori yang sangat fantastis. Ciptaan Allah Swt. ini pasti mengalahkan super komputer tercanggih saat ini. Bahkan super komputer tercanggih itu pun sejatinya ‘dihasilkan’ dari otak dan kemampuan berpikir yang telah Allah Swt. karuniakan kepada kita. Subhanallah.
Saya menemukan penjelasn tentang kemampuan daya ingat manusia dalam buku yang ditulis Pak Fauzil Adhim, Dunia Kata. Beliau mengutip pendapatnya John Griffith, seorang ahli matematika yang mengatakan, “Setiap manusia normal mampu mengingat 1.000.000.000.000 (1011) bit informasi”. Sementara John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 280.000.000.000.000.000.000 (280 diikuti delapan belas angka nol di belakangnya) atau 280 kuintiliun bit. Oya, Anda perlu tahu, bahwa setiap satu bit mewakili satuan informasi terkecil, misalnya “ya”, “tidak”, “i” atau “o”, “on” atau “off” dsb.
Maka, sesuai dengan judul postingan kali ini, saya ingin mengajak siapa pun bahwa sebuah ide atau inspirasi menulis, ternyata tidak usah terlalu jauh kita mencarinya. Sebab, seringkali ide yang dekat dengan kita justru bisa menjadi sebuah tulisan yang memikat dan menarik ketika kita berhasil mengemasnya dengan indah. Cobalah kita merenung sejenak sambil mengingat-ingat apa saja yang telah kita lakukan. Bisa dalam hitungan jam, hari, pekan, bulan, bahkan tahun. Lalu tuliskan semua yang kita ingat dan pernah kita rasakan.
Ada banyak orang yang bisa menuliskan masa lalunya justru ketika ia sudah dewasa. Contohnya Andrea Hirata. Kisah yang ditulisnya dalam Laskar Pelangi sebagian adalah kenangan masa lalunya. Saat ia masih SD. Itu artinya, kita bisa mengingat masa lalu kita pada saat sekarang ini. Ketika ingat, kemudian coba disusun ulang dan akhirnya bisa menjadi sebuah tulisan.
Pernah dengar nama Laura Ingalls Wilder? Ia mampu menuliskan ‘kisah’ masa kecilnya ketika dia sudah berusia 63 tahun. Ya, dia menulis novel terkenal (dan saya pernah penonton filmnya di tahun 80-an yang sering diputar di TVRI setiap hari minggu), Little House on the Prairie. Film yang dirilis pada 11 September 1974 ini begitu enak ditonton. Setidaknya saya sering mengikutinya waktu masih SD dulu di awal tahun 80-an. Film serial TV ini di Amerika Serikat diputar antara 1974-1983 (hampir sepuluh tahun). Ini contoh bahwa manusia bisa ‘memanggil’ memori masa lalunya dan kemudian ditulisnya. Meski di film ini (termasuk dalam novelnya) ada banyak tambahan ‘bumbu’ sebagai teknik realitas imajinatif, tapi Laura Ingalls Wilder berhasil menulis ulang kisah masa lalunya, justru ketika ia sudah memasuki usia senja.
Apa yang menarik dari seputar memori manusia ini? Saya memilih untuk mengajak siapa pun dari Anda agar bisa menuliskan kembali kisah yang pernah dilaluinya. Peristiwa yang kita amati langsung dan rasakan. Banyak jejak langkah kita, sebanyak itu pula kita merekamnya, dan jika kita mau, kita bisa “men-search” kepingan memori itu untuk bisa disusun dan dituliskan kembali.
Saya sendiri selalu merasa “sedang ingin menulis” (ini boleh dibilang plesetan dari lagunya Dewa 19: Sedang Ingin Bercinta). Ya, biasakanlah selalu bahwa kita siap untuk menulis. Kapan pun, di mana pun, tema apapun, apa saja yang ingin kita sampaikan. BISA!
Maka, dengan kondisi seperti ini, kita sangat boleh jadi tak lagi punya alasan untuk mengelak bahwa kita sulit mencari inspirasi, sulit mendapatkan ide menarik, sulit mencari tema dan beragam alasan lain yang akan ‘membunuh’ semangat kita dalam menulis.
Menulislah, dan biasakan terus menulis. Rasanya sudah terlalu sering saya menyampaikan kalimat motivasi ini di berbagai workshop menulis dan juga di buku Menjadi Penulis Hebat yang saya terbitkan di tahun 2003 lalu. Namun, tak banyak dari kita yang segera melakukannya. Sebaliknya, malah terus berhenti dan mencari-cari apa yang akan ditulis. Padahal, jarum jam terus berputar sebagai penanda waktu yang memang tak mau berhenti.
Tulislah segera. Tulisan yang sederhana dan ringan saja terlebih dahulu untuk melatih kemampuan kita menulis. Tak perlu harus mencari tema yang berat dan di luar jangkauan kemampuan kita untuk membahasnya. Jika faktanya kita memang masih dalam tahap belajar. Tetapi, lalukanlah sewajarnya saja sesuai kemampuan yang dimiliki saat ini. Ketika saya menjadi reporter di Majalah MIMBAR di awal tahun 2000, saya pernah mewawancarai La Rose, penulis beberapa novel yang terkenal di masanya, sekitar tahun 1970-1980-an seperti “Wajah Wajah Cinta” (1977); “Ditelan Kenyataan” (1982); dan “Balada Sekuntum Teratai” (1983). Oya, selain judul-judul novel ini, masih banyak karya lainnya dari La Rose.
Pengalaman apa yang saya dapatkan ketika mewawancarai La Rose? Ia katakan bahwa mencari inspirasi untuk menulis tak perlu susah-susah. Kadang, gemericik air bisa menjadi inspirasi. La Rose sendiri pada saat umur 5 tahun sudah mampu menuliskan cerita tentang tiga kucing kesayangannya. Hebat bukan? Ternyata ide dan inspirasi itu sangat dekat, asal kita mau menangkapnya dan kemudian menuliskannya.
Oya, saya menulis artikel ini pun, karena sedang ingin menulis. Sepanjang hari ini banyak sekali inspirasi bertebaran di kepala saya. Sejak keluar rumah pagi hari hingga sore hari sampai lagi di rumah. Inspirasi tak henti mengalir dalam perjalanan ke Rumah Gemilang Indonesia, tempat saya mengajar kelas menulis kreatif, ketika rapat instruktur, kultum ba’da shalat dhuhur, saat makan siang, rapat lagi, kultum ba’da shalat ashar, masuk kelas fotografi menemani instruktur lain memberikan motivasi dan inspirasi kepada para siswa, hingga di perjalanan pulang lagi ke rumah.
Subhanallah, inspirasi itu banyak sekali. Memang, tidak semua bisa saya langsung tulis karena keterbatasan saya mengatur lalu-lintas data yang harus berebutan dengan kegiatan atau aktivitas saya yang lain. Maka, hanya tulisan ini yang mampu saya wujudkan dan selesaikan dari ide dan inspirasi yang ada tersebut. Semoga bermanfaat.
Jadi, tetaplah nyalakan terus kekuatan sinyal semangat untuk menulis. Sebab, menulis pun akan memberikan inspirasi bagi orang yang membaca tulisan kita. Percayalah. Siapa tahu pembaca tulisan kita akan mendapatkan manfaat dari apa yang kita tulis. Apalagi jika tulisan kita dalam rangka menyampaikan kebenaran Islam yang akan menjadi jalan hidayah bagi para pembaca. Insya Allah.
Salam,
O. Solihin | Instagram @osolihin
Foto diambil dari sini
Betul Aa Solihin, ide itu sebetulnya bertebaran. Tinggal kita sigap untuk menangkap dan mewujudkannya dalam bentuk tulisan. Bukan begitu Aa?
Terima kasih atas tanggapannya. Iya. Ide tulisan bertebaran di mana-mana, tinggal kita berusaha untuk menangkapnya dan menjadikannya tulisan. Kuncinya: peka dan peduli. Insya Allah berhasil 🙂
Sangat setuju, kalau mencari ide menulis memang tidak usah terlalu jauh. Bahkan hal yang ringan bisa dijadikan sebagai inspirasi dalam menulis. Tergantung dari kita saja, mau nggak mrngembangkan hal sederhana itu menjadi tulisan yang bermanfaant.
Terima kasih atas apresiasinya. Salam kenal. 🙂