Assalaamu’alaikum warahmatullaah,
Sobat, pernah nggak sih kamu ngerasa hidup itu datar banget. Biasaaa aja, gitu? Bangun pagi, mandi, sekolah, les ini itu, pulang sampai di rumah sore belajar lagi, kayaknya bikin bosen bangets ya.
Eh, tapi kamu tahu nggak kenapa bisa begitu. Kamsutnya mengapa perasaan biasa – biasa aja itu bisa muncul, gitu? Bahasa kerennya, business is as usual. Biasanya kalau pertanyaan simpel jawabannya bisa ruwet nih! :p
Well, yang pertama patut diperhatikan itu cara baca kita terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Bangun lagi, mandi lagi, sekolah lagi, etc. Semuanya pakai kata “lagi”, terang aja nggak ada bedanya hari ini dengan kemarin. Sampai “lebaran monyet” juga pasti sama juga =))
Tapi jangan salah, Bro. Jenis kegiatan boleh sama, namun kalau kita beri pembobotan pasti hasilnya beda.
Biar gampang diingat nih, kata “bobot” itu salah satu dari three-muskeeter kriteria mencari jodoh, yaitu bibit-bobot-bebet.
(Halah. Jayus, ah!)
Oke. Sebagai contoh, kemarin dulu acara “bangun pagi” kita beri nilai 7, karena pas banget sama terdengarnya azan subuh.Kemarin nilainya 9, karena bangunnya lebih cepet thus bisa baca qur’an 1 juz sebelum azan. Hari ini acara “bangun pagi” nilainya 8, karena baca qur’annya cuma bisa 5 halaman.
Nah, terasa kan bedanya? Ada fluktuasi naik turun dari kualitas kegiatan yang kita kerjakan.
Kalau dicatat satu kegiatan aja dalam sebulan sudah ada sekurangnya 30-an data tuh. Dalam setahun kira-kira 365-an lah. Ini sudah pasti dong ya, kecuali kabisat pan dalam setahun ada 365 hari. Belum lagi kalau kita bikin statistik. Bisa tuh kita dapat angka maksimum minimum, rata-rata, median, modus, deviasi, sebaran, dan lain sebagainya.
Oiya, hasil statistik ini yang paling penting. Melalui nilai-nilai ini kita pede bilang bahwa kita hari ini lebih baik dari hari kemarin. Minggu ini lebih baik dari minggu kemarin. Sampai-sampai tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Top dah!
Nggak pakai juga semua orang bisa bilang lebih baik. Tapi terus data-data validnya mana, masak iya pakai perasaan aja? Nggak fair dong. Bukan begitu, bukan?
Bersyukurlah bagi kita yang hasil perhitungannya lebih baik, karena hadist Rasulullah salah satunya menyatakan, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung, bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka”.
Allah berfirman,
“Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya Allah maha tahu dengan apa yang kamu perbuatkan”. (QS. Al-Hasyar: 18).
Ente masih bosen juga, Sobat? Jangan kuatir. Kalau secara statistik sudah bagus masih ada jurus lain.
Intinya adalah jumlah dan jenis kegiatan. Kalau hari ini ngerjain kegiatan A-B-C sampai J, misalnya. Terus besok A-B-C sampai J juga, ya iya lah bikin bosen. Biar otak kita flip-flop kerja kiri-kanan, sewajarnya kegiatan kita bervariasi. Asal jangan hari ini mandi besok nggak mandi. Bau tauuu!!
Hari ini A-B-C sampai J, besok tambah menjadi A-B-C sampai K, lusa tambah lagi sampai L. Kan sedap dipandang tuh. Hari ini belajar matematika besok belajar dua, matematika dan melukis, kan oke. Lusa matematika-nya yang dilukis-lukis, hehehe…
Karena capek itu fitrah manusia, bolehlah kegiatan-kegiatan kita itu diselingi dengan istirahat. Tapi ada wise word juga dari orang-orang tua, “Ketika jenuh melakukan suatu kebaikan, beristirahatlah dengan mengerjakan kebaikan yang lain.”
Nggak bosen lagi, kan?
Siiip!
Wassalaamu’alaikum warahmatullaah,
Aintsorangan-Inc.
mengenai bosen ya,ehmm…
kalau menurut aku sih,bosan itu adalah tabiat manusia yang nggak akan mungkin dihilangkan,namun ia bisa kita “akal-akali” agar perasaan bosen itu bisa sedikit”dimanfaatkan” untuk kebaikan,eh…kebaikkan apa ya,kok jadi gak nyambung sih,hehehe
BTW tipsnya bisa dicoba tuh…
Syukran…….