osolihin.wordpress.com

Hari kedua pelaksanaan FJB 2007 di Jakarta (30 Juni 2007) dipadati pengunjung yang mungkin saja dengan beragam motif. Ada yang sekadar jalan-jalan sekalian cuci mata, ada pula yang memang benar-benar ingin memburu makanan-makanan khas dari berbagai daerah yang tentu saja tak mungkin bisa diburu di lain waktu. Terlepas dari itu semua, acara FJB di Jakarta, menurut pengamatan saya cukup mendapat perhatian dari pengunjung. Itu dibuktikan dengan banyaknya antusiasme warga yang datang pada ajang ini.

Keberhasilan menyedot pengunjung sangat boleh jadi disebabkan karena Kecap Bango sebagai penyelenggara acara ini sudah memiliki komunitas tersendiri, yang mungkin saja dihuni para pencinta kuliner di seluruh nusantara. Media internet misalnya, dengan adanya blog dan mailing list, ikut menguatkan posisi Kecap Bango di tengah komunitas yang diciptakannya. Itu artinya, secara promosi dan penguatan kesan terhadap Kecap Bango dan penyelenggaraan Festival Jajanan Bango bisa dikatakan berhasil. Sebuah terobosan yang saya pikir bisa menjadi inspirasi produsen lain dengan beragam produk-tak sebatas hanya pada produk makanan, untuk mencoba membuat komunitas yang sama.

osolihin.wordpress.com

Saya melihat Festival Jajanan Bango adalah bagian dari upaya merekatkan hubungan antara produsen dengan konsumen. Memang, pertimbangan utama pasti soal bisnis. Namun, rasa-rasanya kita harus mulai mempercayai adanya komunitas yang sangat fanatik pada sebuah produk dan kita memang harus ‘melayaninya’ agar loyalitas mereka terhadap sebuah produk tidak “bertepuk sebelah tangan” karena sudah disambut hangat oleh produsen dari produk yang dicintainya. Bentuk hubungan seperti inilah yang sangat boleh jadi akan memunculkan sikap saling percaya satu sama lain. Dengan demikian, strategi pemasaran dengan ‘melayani’ konsumen seperti ini akan sangat menguntungkan di masa depan bagi kedua belah pihak-produsen dan konsumen.

Memang tidak mudah mencari formula hubungan antara produsen dan konsumen agar persepsi terhadap sebuah produk bisa saling bertemu antara produsen dengan konsumen. Dan, Kecap Bango-dengan Festival Jajanan Bango yang digelar setiap tahunnya di beberapa kota besar, setidaknya telah membuktikan bahwa model hubungan yang saling menguntungkan antara produsen dan konsumen bisa terjalin. Apalagi, Kecap Bango tidak segan-segan menjalin aliansi strategis dengan pihak lain, khususnya media massa, atau pihak-pihak yang menggunakan dan memanfaatkan media massa untuk membangun kepercayaan pasar atas produknya. Itu sebabnya, bukan sesuatu yang heran jika kemudian secara brand image berhasil ditanamkan dengan kuat di benak konsumen, dan setiap pagelaran yang dilaksanakan mendapat sambutan meriah.

osolihin.wordpress.com

Namun demikian, saran saya kepada pihak penyelenggara, meskipun sudah mendapat tempat di hati konsumen, bukan berarti berhenti berinovasi dan berkreasi. Sebab, bukan tak mungkin pesaing di masa depan akan memanfaatkan “kelengahan” akibat terlena sudah merasa besar dan kemudian mereka akan menggerogoti pasar yang sudah diciptakan dan dipetakan dengan susah payah tersebut. Maka, masukan dari berbagai pihak untuk kemajuan, meski mungkin terasa ‘menyengat’ dengan banyaknya kritik, tapi semoga bisa dijadikan sebagai evaluasi berharga untuk tetap terus melaju sebagai pemimpin pasar.

Salam,

O. Solihin

1 thought on “Festival Jajanan Bango: Strategi “Melayani” Konsumen

  1. FJB memang top markotop!! Hari ini keluarga kami dapat undangan ke sana juga loh…

    BTW, in marketing it’s called CRM (Customer Relationship Management).
    Tujuannya ada dua:
    1. Mempertahankan konsumen lama (retainment).
    2. Menarik konsumen baru.

    Menariknya, keluarga kami bukan termasuk kedua-duanya. Hehehe…
    Kami hanya suka makan enak, kok!
    :p

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *