By : Irza Setiawan
Ya Allah… pinta kami…
Jika dakwah adalah pilihan
Maka biar hati ini memilihnya
Jika dakwah adalah kewajiban
Maka kuatkan kami menjalaninya
Jika dakwah adalah kecintaan
Maka ikhlaskan kami untuk merasakannya
Jika dakwah adalah badai kesulitan
Maka kuatkan kami untuk bisa bertahan
Lega hati ini, di saat program kerja Lembaga Dakwah Kampus selesai, segenap keletihan pikiran, pengorbanan waktu, tetesan keringat, campur aduk menjadi satu dan menghasilkan senyum mengembang di wajah teman-teman seperjuangan, teruslah berjuang, wahai para pemuda, para pemudi, teruslah mengagungkan kebesaran islam, langkahkan kaki kalian untuk dakwah, bekerjalah kalian untuk kemaslahatan umat, untuk keteladanan akhlak, untuk merubah zaman jahiliah menjadi zaman yang terang benderang di bawah naungan islam, percayalah, wahai saudaraku, siapa saja yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya, yakinlah, bahwa Allah tempat berserah diri, Dia adalah pendengar terbaik seluruh keluh kesah masalah hambaNya, apabila semua manusia berkumpul untuk mencelakakanmu, demi Allah, hal itu tidak akan terjadi tanpa seizinNya, memang setiap manusia tidak akan pernah lepas dari masalah, tapi jadikan masalah itu menjadi bekal, menjadi pengalaman untuk selalu memperbaiki diri, jika kamu mendapat masalah, di rudung nestapa, hati teriris, air mata menetes tak tertahankan, bangunlah di sepertiga malam terakhir, mengeluh kesahlah kepada Allah sepuas-puasnya, hingga di saat fajar datang, pagi menjelang, kokok ayam bersahut-sahutan, tiada lagi duka lara selain kebahagiaan yang terungkap, yang menaungi qalbu, menenteramkan jiwa.
Sekarang waktunya, menempel pengumuman, setelah sibuk mendesain pamplet, penuh gambar, warna-warni biar kelihatan menarik, asik merangkai kata, terciptalah sebuah kalimat sederhana “Hadirilah Pengajian Umum Mingguan hari ini jam segini, tempatnya disini “.
Di saat hari H, persiapan sudah selesai, meja kursi tertata rapi, sound system tersedia, layar tancap ada, pemateri siap, sampai-sampai kipas angin untuk kesejukan juga disediakan, tetapi sungguh tidak di sangka, pesertanya bisa di hitung dengan jari, wah.. teman-teman sampai berkata, kira-kira apa yang salah ya akhi? Kok pesertanya sedikit begini, yah manusia hanya bisa merencanakan, Allah jua yang menentukan, tapi yakinlah, insya Allah setiap niat kita sudah di catat Allah, amin.
Lain halnya jika ada pamplet, selebaran, dengan kata-kata yang juga sangat sederhana ” Hadirilah acara dangdutan, dengan dimeriahkan oleh artis ibu kota, biaya masuk hanya Rp … ”
Maka seketika itu pula, tempatnya membludak, pengunjungnya berdatangan dari berbagai pelosok, tua, muda, pria, wanita hadir, sambil berjingkrak-jingkrak di depan panggung, meskipun terik membakar kulit, walaupun air hujan mengguyur, berdesak-desakan, sampai-sampai mengeluarkan ongkos biaya masuk, tetapi tetap saja banyak pengunjungnya, sungguh ini bukan berarti saya melarang hiburan, dan sesungguhnya hiburan sangat penting bagi kita semua, hati yang hampa, jiwa yang letih, wajah yang lusuh, sungguh sangat memerlukan hiburan, tapi dilihat dulu hiburan jenis apa, tentunya hiburan yang sesuai dengan kaidah syar’i, tidak adanya ikhtilat atau pencampuran cowok dan cewek, tidak adanya khalwat, dan tanpa syahwat yang melenakan, entah itu menonton televisi dengan film-film yang membangun jiwa, mendengar nasyid penentram qalbu, dan sebagainya.
Fenomena apakah ini, sungguh islam itu dari keterasingan bermula, dan kembali menjadi terasing, sejak dulu mereka menganggap aneh ajaran rasul yang mulia, mereka menganggap aneh pernikahan tanpa pacaran, jilbab yang lebar, akhlak yang cemerlang, ekonomi syariah yang mengharamkan riba, dan sebagainya
“Sesunguhnya Din ini muncul di saat pertama dalam keadaan asing, dan kembali menjadi asing. Maka kebahagiaan bagi orang – orang asing, yaitu orang – orang yang senantiasa memperbaiki apa – apa yang di rusak manusia di zaman sesudahku dari sunnah-sunnahku (HR at Tirmidzi).”
Menurut kanda Salim A Fillah, masih banyak orang shaleh, tetapi tak banyak di antara mereka yang memperjuangkan keshalehan menjadi jamak. Banyak yang apatis. Banyak yang sekedar mencukupkan diri bershaleh ria di dalam mihrabnya dan merasa terganggu dan diganggu atas polah orang lain. Lalu siapa yang akan menjadi golongan terselamatkan, sementara apatisme telah mengubah pertanyaan kepada mereka sejak ribuan tahun lalu.
” Dan ingatlah ketika suatu ummat ( yang apatis ) di antara mereka berkata, ‘ Buat apa kalian peringatkan kaum yang Allah sendirilah yang membinasakan atau mengadzab mereka dengan adzab yang sangat?”. Mereka ( para pencegah kemungkaran) berkata, “( peringatan itu ) sebagai alasan pelepas tanggung jawab di hadapan kalian, dan agar mereka ( orang-orang ) yang bermaksiat betakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang di peringatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan buruk, dan kami siksa orang-orang yang zhalim dengan adzab yang keras sebab mereka fasiq adanya. ” (Al A’raaf 164-165)
Jadi, tetaplah menulis keagungan dan kemuliaan islam yang mungkin oleh mata-mata putus asa di pandang sebagai idealisme tanpa bukti. Subhanallah, padahal demi Allah, Islam hidup, aktif, bergerak, dan berdetak dalam keseharian manusia-manusia yang hari-hari ini mulai kembali tertampilkan. Kibaran jilbab, kesantunan, kemuliaan akhlak, penjagaan nilai-nilai ilahiah. Segalanya.
Jadi, berbahagialah bagi mereka yang di sebut terasing tapi menjadi orang yang bisa memperbaiki zaman, yang selalu memperjuangkan islam, yang mengisi waktunya dengan dakwah, lewat tulisan, pembicaraan dakwah, pengisi radio muslim, dan sebagainya, dakwah bukan hanya milik para ulama, para ustadz, tetapi dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim, karena sesungguhnya, setiap muslim adalah penerus perjuangan Rasulullah yang mulia, dakwah tidak mesti harus berbicara lantang, tidak harus menulis artikel, dan sebagainya, menjemput Ustadz untuk mengisi materi juga dakwah, menyediakan air minum peserta pengajian juga dakwah, menyebarkan selebaran-selebaran islami juga dakwah, pokoknya setiap perbuatan yang mengajak orang untuk selalu memperbaiki diri adalah dakwah, Rasullullah yang mulia mengatakan, setiap ajakan kepada hal kebaikan itu lebih bermanfaat dari seluruh dunia dan isinya, jadi, jika kita mempunyai rumah mewah, mobil megah, fasilitas kamar yang wah, dan sebagainya itu manfaatnya tidak ada apa-apanya jika kita mengajak seseorang kepada hal kebaikan.
Dalam Naungan Waktu
Saat asik-asiknya bermain mobil-mobilan, bermain kelereng, layang-layang, saling tertawa bersama teman seperjuangan, menghabiskan waktu dalam kebahagiaan, menikmati cerita-cerita kartun, akhirnya tak terasa, waktu semakin berjalan, suara yang dulunya lembut menjadi parau, tumbuh jakun di kerongkongan, dada yang dulunya rata menjadi bidang, begitu pun dengan perempuan, suaranya semakin lembut, tubuhnya mulai tumbuh, wajahnya semakin menarik, dan…….
Maaf para pembaca, bukannya maksud saya memotong, tetapi saya takut meneruskan, takutnya para pembaca jadi kotor hati, takutnya pembaca malah membayangkan, takutnya pikirannya jadi tidak menentu, mohon kemaklumannya, pokoknya yang bagus-bagus lah.. hehe..
Inilah saatnya, tanggung jawab mulai di adakan, setiap niat ada hisabnya, setiap pikiran ada tanggungannya, setiap perbuatan ada balasannya, ingatkah kita, ketika islam berdiri tegak dalam naungan Daulah Khilafah Islam, betapa mahalnya sebuah kehormatan, alkisah ada seorang muslimah yang berjalan pelan, muslimah suci yang sangat menjaga kehormatan, jilbabnya lebar, akhlaknya santun begitu terjaga, kata-katanya menawan, kemuliannya begitu menenteramkan, indah jasadnya, tetapi lebih indah lagi hatinya, di saat muslimah tersebut berjalan, ada seorang tentara romawi iseng yang menarik kerudungnya, sehingga terlihatlah beberapa helai kemuliaannya, terpampanglah sebagian rambutnya, wajah muslimah tersebut mendadak merah, menahan malu yang menyesakkan dada, sementara, sang tentara romawi tertawa terbahak-bahak, karena kebahagiaannya dapat melihat sebagian kemuliaan muslimah, sang muslimah menangis, air matanya menetes, batinnya mengiris hati, di saat sang muslimah mengadu kepada khalifah yang mulia, Al-Mutashim Billah, seorang khalifah Abbasiyah yang hidup pada abad IX Masehi, seketika itu pula, wajah sang khalifah memerah, giginya gemertak menahan amarah, otot-ototnya menegang, karena seorang muslimah di lecehkan, sang khalifahpun bangkit, dan mengerahkan puluhan ribu tentara untuk menyerang kekaisaran romawi, akibatnya, tiga puluh ribu tentara romawi tewas, dan tiga puluh ribu lainnya tertawan. Semua ini demi membela kehormatan seorang wanita yang di lecehkan.
Subhanallah, di saat mendengar cerita ini dari Ustadz saya, mohon maaf saya belum meminta izin menyebutkan nama beliau disini, begitu indahnya di saat kejayaan islam dulu, di saat satu orang muslimah saja kemuliaannya di renggut, maka lahirlah peristiwa sedasyat itu, tapi hati ini menjadi miris, di saat melihat para muslimah sekarang, rambut berkibar indah, pakaian ketat sehingga lekuk tubuh terlihat, kaos You Can See yang menyesakkan dada, sangat kontras dengan para muslimah zaman dulu, kita umat islam mayoritas, tapi minoritas akhlak
” Katakanlah kepada laki – laki yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan hendaklah mereka jaga kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” ( An Nur 30 )
Hati yang berdesir, jiwa yang terguncang, nafas yang tak beraturan, kebanyakannya berawal dari mata, yup, di saat memandang seseorang yang menarik hati kita, maka telinga seakan tuli, tubuh seakan mati rasa, jiwa seakan terbang melayang, begitulah syaitan bekerja, pandanglah dia lekat-lekat untuk memperturutkan syahwat, sehingga setelah itu, tidak ada kemuliaan lagi yang tersisa selain kehinaan, maka di saat sergapan itu datang, maka, katakanlah pada jiwa ini, dengarkanlah bisikan nurani ini, wahai gadis cantik, wahai pemuda tampan, demi kemuliaanku, izinkan aku menunduk untuk menjaga batinku, untuk menghilangkan noktah hitam yang mulai menggelapkan hatiku, jangan biarkan bisikan syaitan mempengaruhimu.
Saat anjuran agama menyuruh menundukkan pandangan, begitu indahnya, hati terjaga di saat menjaga pandangan, tetapi di zaman sekarang, yang kata orang-orang adalah zamannya tekhnologi tinggi, dimana setiap masalah selalu di selesaikan secara instant, sungguh anjuran menundukkan pandangan menjadi semakin sulit, di saat menatap ke depan, menonton televisi, banyak sekali artis-artis yang melepas jilbabnya, yang bajunya seperti kekuragan kain, saat keluar rumah, terpampang dengan jelas, banyak muslimah yang tidak melindungi kesucian diri, padahal islam sangat memuliakan perempuan, hanya saja sang perempuan masih enggan untuk di muliakan, semoga di setiap cobaan ini melahirkan sebuah tujuan untuk semakin memperbaiki diri.
” Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mu’min, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka semakin mudah di kenal, karenanya mereka tidak di ganggu. Dan adalah Allah, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” ( Al Ahzab 59 ).
Wahai para muslimah, kasihanilah kami, kasihanilah para pemuda yang selalu berusaha menjaga hati, jangan biarkan rambut indahmu melenakan kami, jangan biarkan aroma wangi-wangianmu membuat kami terhanyut, karena Rasulullah yang mulia mengatakan, sesungguhnya wanita yang mengumbar wangi-wangian itu sama saja dengan wanita penzina, jangan buka auratmu di hadapan kami, sehingga pandangan kami seakan terkunci, kasihanilah kami, para pemuda yang berusaha istiqomah di jalanNya, tutuplah auratmu, dan yakinlah, setiap langkahmu itu bernilai ibadah di saat kamu menjaga aurat, pepohonan, bebatuan, angin, semut, padang rumput, dan benda-benda lain yang kamu lalui akan mendoakanmu, para malaikat akan selalu bertasbih untukmu.
Ketika Asma binti Abu Bakar menemui Rasulullah di kediaman Aisyah dengan pakaian yang tipis, beliau Shallallahu’Alaihi wa Sallam segera berpaling dan bersabda :
” Hai Asma, ‘ Sesungguhnya wanita apabila telah sampai ke tanda kedewasaan (haidh), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali ini dan ini- Beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya ” ( HR Abu Dawud, Al Albani meng-hasan-kannya ).
Kalau di renungkan, islam menjelaskan tentang kaidah jilbab yang syar’i, yaitu jilbab yang di ulurkan sampai menutupi dada, bukannya jilbab yang pendek yang tidak bisa di ulurkan, atau jilbab panjang yang di pulun ke leher, atau jilbab yang di masukan ke dalam pakaian, tetapi jilbab yang di ulur ke bawah dan dapat menutup bagian dada, serta pakaian yang tidak tembus pandang, maupun pakaian yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, dan ditambah lagi dengan kaos kaki yang menutup telapak kaki, sebagai seorang ikhwan, saya memang tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu, apakah dengan pakaian seperti itu akan terasa gerah, panas, dan sebagainya, tetapi yakinlah, wahai para muslimah yang di muliakan Allah, meskipun terik mentari membakar kulit, meskipun tubuhmu terasa gerah, ingatlah, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan perjuanganmu, bahkan imanmu akan semakin mantap dan menenteramkan, hatimu terasa tenang, batinmu terasa damai, karena kemuliaanmu, semakin terjaga, sehingga para bidadari surga semakin cemburu di buatnya.
Oke, back to topic, hehehe, english dikit lah.., padahal bahasa English saya.. hemm.. bisa dibilang masih mengecewakan, yup mudah-mudahan saya bisa selalu memperbaiki diri, Dalam Naungan Waktu, di saat jarum jam berdetak, detik berganti menit, bulan berganti tahun, akhirnya fase anak-anak pun mulai kita tinggalkan, begitu banyak kenangan tersimpan di dalamnya, pukulan orang tua yang lembut karena meninggalkan shalat, saat belajar membaca Al – Quran, menghafal doa-doa, dan sebagainya, menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan sampai akhir hayat, kini songsonglah dengan wajah yang cerah, dengan senyum yang tulus, dengan hati yang lapang, akulah seorang pemuda, yang berusaha memperbaiki zaman jahiliah menjadi zaman terang benderang, akulah seorang pemuda yang kaya prestasi dan menjadi penyejuk hati orang tua, akulah seorang pemuda, yang berusaha memperbaiki diri tanpa lelah, dan berusaha meningkatkan takwa agar lebih mulia, Inna akramakum indallahi atsqaakum ( Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa).
Tetapi di saat memandang anak-anak, ada pelajaran mulia yang bisa kita dapatkan, Dalam sebuah riwayat di ceritakan, ada seorang lelaki tua sedang berjalan santai di tepi sungai, di saat asik-asiknya berjalan, terlihatlah seorang anak kecil yang mengambil air wudhu, wajah anak itu kusut, rambutnya lusuh, air matanya menetes, semakin air wudhu mengaliri tubuh mungilnya, tangisnya semakin pecah, dengan naluri bertanya-tanya yang tinggi, ada apakah gerangan sehingga si anak kecil tersebut menangis, mendekatlah sang lelaki tua kepada si anak.
” Wahai anak kecil kenapa kamu menangis? ”
Sang anak kecilpun menoleh, masih dengan air mata yang membanjir dia berkata kepada lelaki tua.
“Wahai pakcik saya telah membaca ayat al-Qur’an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum” yang bermaksud, ” Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu.” Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka.”
Kemudian sang lelaki tua menepuk bahu si anak, dia berusaha menghibur hati anak kecil itu, dia berusaha menghapus air mata yang mengalir dari pipi si anak
“Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka.”
Mendengar perkataan itu, si anak kecil menjadi heran, dan berkata kepada orang tua
“Wahai pakcik, pakcik adalah orang yang berakal, tidakkah pakcik lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa.”
Mendengar penuturan dari si anak kecil, maka memerahlah wajah sang lelaki tua, batinnya seakan terhimpit, hatinya semakin sesak, kemudian berlinanglah air matanya.
“Sesungguhnya anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?”
Subhanallah, jikalau anak kecil saja, yang segala perbuatannya masih belum di hisab Allah, takutnya luar biasa seperti itu, dan berusaha menjaga keimanannya dan ketakwaannya kepada Allah, maka, bagaimanakah dengan kita, semoga kita senantiasa selalu menjaga diri dan meningkatkan ketakwaan kita, wahai saudaraku, jadilah pejuang cinta di jalan Allah, pejuang cinta yang di saat berjalan, duduk, berbaring selalu mengucapkan Allah.. Allah.. aku mencintaiMu ya Allah.. tiada sesembahan selain padaMu, mata ini selalu memandang kebesaranMu, telinga ini selalu mendengar ayat-ayatMu, begitu indahnya hati yang di hiasi cinta, di saat para wanita mati rasa mengiris jari ketika melihat Yusuf, ah.. saya tidak bisa membayangkan, bagaimanakah jadinya kita nanti saat bertemu Allah..
Marilah kita tutup bahasan ini, dengan sebuah nasyid penenteram jiwa…
Dan dengarlah hai mujahid muda
Angkat pena, pedang dan Al-Quran
Dan dengarlah hai pejuang Allah
Kuatkan kati tuk tujuan
Tegakkan panji-panji islam
Untuk hancurkan kedholiman
Bersama capai kemenangan
Bebaskan dari penindasan
Satuka langkah rapatkan barisan
Menyongsong kejayaan islam
(Fathul Jihad, Untuk Sebuah Perubahan)
Irza Setiawan
Artikel ini adalah sebagian kutipan kecil dari buku saya: Indahnya Menjemput Cinta Bidadari. Insya Allah akan selesai dalam waktu dekat[]