Saya betul-betul seorang pemula, karena baru sekarang saya menyadari bahwa menulis bisa membuat saya “bahagia”. Mudah2an belum terlambat. Saya mau menulis tapi masih sulit? Apa yang sebaiknya harus saya lakukan?
Pengirim: Sylvia
———————
Jawaban
———————-
Terima kasih sudah berkirim e-mail berisi pertanyaan seputar penulisan kepada saya. Mbak Sylvia, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Karena belajar itu setua umur manusia. Manusia pembelajar adalah mereka yang tak kenal lelah untuk belajar. So, tentunya usia bukan menjadi halangan untuk belajar.
Menulis memang membuat kita bahagia. Ya, bahagia karena bisa menuangkan gagasan yang akan dibaca oleh banyak orang. Bisa berbagi ilmu, informasi, dan juga perasaan dengan pembaca kita. Menulis menurut saya lebih awet ketimbang bahasa lisan. Sebab, meski penulisnya sudah tiada di dunia ini, tapi tulisannya yang menggugah insya Allah akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi siapa saja. Bahkan bagi mereka yang hidup ratusan tahun setelah si penulisnya meninggal dunia. Itu sebabnya, menulis merupakan kebahagiaan tersendiri bagi penulisnya.
Untuk pemula, menulis seringkali menjadi kendala. Merasa sulit ketika akan memulai. Tapi, yakinlah, karena menulis adalah keterampilan, maka menulis hanya butuh latihan dan investasi waktu. Saya sendiri ketika ingin bisa menulis, hampir setiap hari saya sediakan waktu 1/2 jam saja untuk menulis. Apa yang ditulis? Saya memberikan kebebasan kepada diri saya sendiri untuk menulis apa saja yang saya mau dan saya kehendaki pada saat itu. Intinya menulis. Entah puisi yang bisa saya tulis. Bisa juga surat untuk teman lama atau orangtua di rumah. Kebetulan saya sejak SMA sudah jauh dari orangtua karena harus meneruskan studi di kota lain.
Ingin menulis? Seperti kata Pak Kuntowijoyo, resepnya cuma tiga. Pertama, menulis. Kedua, menulis. Ketiga, menulis. Intinya memang menulis. Tulislah apa saja. Tak perlu merasa khawatir apakah tulisan kita itu nantinya jelek atau bagus. Yang penting nulis. Nulis dan nulis. Insya Allah, seiring dengan bertambahnya kuantitas latihan, kualitas tulisan kita juga insya Allah akan meningkat. Untuk mendukung itu, kegiatan yang berdampingan dengan menulis adalah membaca. Membaca apa saja: koran, tabloid, majalah, kamus, buku (termasuk buku tentang kepenulisan) dan sejenisnya. Bisa juga ‘membaca’ televisi dan radio serta internet. Termasuk ‘membaca’ semua peristiwa yang hadir di tengah kehidupan kita. Catat dan dokumentasikan. Suatu saat, kumpulan ide dan informasi itu akan menjadi bahan tulisan kita. Pasti lebih hidup.
Terakhir, saran saya, cobalah membuat blog sendiri. Di dunia internet banyak yang sudah memanfaatkannya. Selain sebagai sarana untuk melatih diri kita dalam menulis, juga menjadi wadah untuk menjaring banyak teman dan insya Allah mereka akan memberikan inspirasi untuk kita. Siapa tahu bisa membantu kita mengembangkan tulisan kita. Saran dan kritikan bisa menjadi senjata ampuh untuk evaluasi.
Selamat menulis Mbak Sylvia! Yakin dan tetap semangat. Pasti bisa!
Salam,
O. Solihin
Menulis itu gampang2 susah tapi susah2 gampang. Asal mau dicoba dan terus berlatih sepertinya akan bisa ya pak 🙂
terima kasih atas posting yg sangat menarik ini,
saya senang menulis, tapi kenapa setelah selesai dituliskan, rasanya malu jika ada orang lain membacanya.. bagaimana mengatasi perasaan seperti ini?
terima kasih