image38Sabtu, 14 Maret 2009, terjadi penembakan terhadap seorang lelaki di daerah Tangerang. Korban bernama Nasrudin Zulkarnaen, seorang pengusaha ternama di Indonesia yang menjabat sebagai Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran (salah satu anak perusahaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia). Korban ditembak di dalam kendaraannya setelah pulang bermain golf di Padang Golf Modern Land Tangerang. Pelakunya adalah dua orang pengendara sepeda motor dan telah berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian.

Peristiwa ini menjadi head line di berbagai media massa, karena menyeret beberapa nama besar di negeri ini menjadi tersangka, seperti Antasari Azhar Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sigid Haryo Wibisono Komisaris Utama PT. Pers Indonesia Merdeka dan Kombes Wiliardi Wizar mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan.

Ada yang menyatakan bahwa Antasari adalah korban dari konspirasi tingkat tinggi dan peristiwa ini merupakan bagian dari skenario intelijen, karena ada pihak-pihak yang merasa gerah dan terganggu dengan prestasi yang telah dicapai oleh KPK dalam memberantas kasus korupsi di Indonesia. Pendapat ini muncul, karena disinyalir pada saat ini KPK sedang menyelidiki dugaan kasus korupsi dengan potensi kerugian negara milyaran rupiah yang melibatkan beberapa pejabat tinggi negara.

Ada pula yang menyatakan bahwa peristiwa ini dilatarbelakangi oleh cinta segitiga antara Antasari, Nasrudin dan seorang wanita cantik bernama Rani Juliani. Berita ini sangat menarik dan menguntungkan bagi media massa karena dapat dikupas ke dalam berita politik, hukum, dan kriminal, bahkan dapat dimasukan ke dalam berita infotainment.

Hampir setiap hari kita mendapatkan berita yang mengupas kasus ini dari berbagai sudut pandang. Namun, pemberitaan mengenai keterlibatan seorang wanita cantik yang bernama Rani inilah yang paling menyedot perhatian publik, karena sampai saat ini Rani adalah sosok misterius yang sangat dinantikan perkembangan beritanya oleh banyak orang.

Berdasarkan berita yang saya dapatkan dari harian Kompas (10 Mei 2009), Rani Juliani dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 Juli 1986. Saat ini, Rani masih terdaftar sebagai mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Tangerang. Rani mengenal Antasari dan Nasrudin di lapangan golf Modern Land saat ia bertugas sebagi caddy freelance.

Dalam kasus ini, Rani dicitrakan seolah-olah sebagai pemicu konflik cinta segitiga antara Antasari, Nasrudin dan dirinya. Pihak kepolisian menjadikan Rani sebagai saksi kunci, sehingga sampai saat ini dimana sebenarnya keberadaan Rani masih menjadi misteri. Ada pihak yang mengatakan bahwa Rani disembunyikan di sebuah apartemen untuk memudahkan penyidik menjalankan proses penyelidikan dan pengembangan kasus ini dan ia masuk kedalam program perlindungan saksi.

Disebutkan pula bahwa, ternyata Rani telah menikah di bawah tangan dengan Nasrudin pada tahun 2007. Meski sudah menikah, Nasrudin dalam sepekan hanya sesekali mampir dan tidak pernah menginap di rumah Rani. Hebatnya lagi, sopir pribadi Nasrudin yang bernama Parmin mengaku mengenal Rani sebagai anak angkat Nasrudin. Tetangga dan rekan kuliah Rani mengatakan, sejak menikah siri dengan Nasrudin, Rani sering berpakaian seksi dan saat itulah mereka tahu ada tato kupu-kupu di pinggang Rani (mungkin berita ini yang paling ditunggu para pria, he..he..).

Ada sebuah kejadian yang membuat saya dan keluarga merasa geli bercampur haru. Kejadian ini merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh kebebasan mengakses informasi tanpa disertai dengan proses kontrol yang baik. Begini ceritanya….

Seperti biasa, sepulang sekolah di salah satu TK Islam di lingkungan kompleks perumahan, anak pertama kami langsung bermain bersama teman-teman sebayanya. Setelah puas bermain, ia pulang kembali ke rumah untuk makan siang dan shalat Dzuhur. Kemudian masuk ke dalam kamar untuk menonton acara anak-anak di televisi bersama adiknya.

Acara televisi kesukaan mereka di siang hari adalah serial Si Bolang, Lap Top Si Unyil dan Jalan Sesama. Setelah acara kesukaan mereka selesai, dengan remot kontrol ditangan, anak kami pasti memindahkan saluran televisi ke acara yang lain termasuk infotainment. Kebetulan, dalam dua bulan terakhir hampir semua berita infotainment di televisi seperti sedang berlomba dalam menyiarkan berita tentang kasus pembunuhan Nasrudin, yang didalam pemberitaannya selalu disebut nama Rani.

Suatu ketika, di pertengahan bulan Mei 2009 pada saat kami sedang berkumpul di ruang keluarga sambil bercengkerama dengan anak bungsu kami yang baru berumur empat bulan, ada dialog yang sangat menarik antara saya yang biasa dipanggil dengan sebutan “Apak” dengan Rani puteri pertama kami yang berumur sekitar lima tahun. Dengan nada polos saat itu dia berkata, “Apak, Rani nggak mau lah dipanggil Rani lagi”, dengan sedikit penasaran saya balik bertanya, “emang Rani maunya dipanggil apa sama Apak?”, “panggil aja Zahrani Salsabila” jawabnya. Karena semakin penasaran saya kembali bertanya “emang kenapa Teh?”, dengan sedikit menunduk dan intonasi yang cukup pelan dia menjawab, “Rani takut dicariin Polisi kayak di TV, Apak!”.

Sontak kami sekeluarga tertawa mendengar ungkapan polos dari Rani. Setelah diselidiki, ternyata Rani berbicara seperti itu karena setiap menonton acara berita dan infotainment di televisi selalu melihat dan mendengar berita mengenai kasus pembunuhan Nasrudin yang melibatkan seorang perempuan cantik yang bernama Rani. Pada saat tulisan ini saya buat, semua pihak termasuk dari kepolisian masih berusaha mencari keberadaan Rani.

Semoga kita bisa menarik hikmah yang positif dari cerita ini.

Wassalam,

KANG EWINK (Siswa KMO-1/200509/23:45)

2 thoughts on “Jangan Panggil Aku Rani

  1. Bagus.. bagus.. lucu dan memberikan inspirasi baru. Ternyata tema apapun bisa dijadikan tulisan ya Kang? Salam kenal untuk Kang Ewink, penulis artikel ini.

    Don

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *